Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 26 Mei 2014

S.A.Y.U.R.A.S.E.M



Heyhoo everybodeeh... Setelah satu bulan lebih blog gue terbengkalai; dipenuhi debu dan sarang laba-laba, gue kembali lagi dengan postingan yang pastinya lumayan nggak penting juga buat dibahas. Oke, sepertinya hari ini gue harus mengadakan pembersihan secara besar-besaran.
                  Kali ini gue mau membicarakan tentang suatu kuliner yang kayaknya lumayan akrab di telinga dan juga lidah orang Indonesia... Sayur asem. Apa yang pertama kali lo pikirkan setelah mendengar namanya? Kalo gue sih... Ketiak.
Sounds familiar?
                 Sayur yang biasanya stay terus di warung lesehan ini katanya sih punya daya magis tersendiri untuk memancing nafsu makan. Iya nggak sih? Gue beneran nggak tau nih, soalnya dari gue brojol sampai sekarang gue nggak pernah rela lidah gue merasakan sensasi asam-gurih-pedas-manis-aneh dari kuah keruhnya. Oke, pasti lo bakal bingung, kalo gue nggak pernah makan sayur asem… Kenapa gue bisa tahu rasanya?
                Kisah tragis ini dimulai pada saat gue masih duduk di bangku SD. Konon saat gue tengah membawa sepiring nasi untuk makan siang, tiba-tiba nggak sengaja menyenggol mangkuk berisi sayur laknat itu. Sialnya, sedikit kuahnya mampir ke piring gue. Dengan gaya sok dicuek-cuekin, gue lanjut aja ngambil lauk dan makan. Dan ternyata, lidah gue trauma akut sampai sekarang.
                Gue rasa sih makhluk yang nggak doyan sayur asem itu cuma ada segelintir di negara tercinta kita ini. Omongan gue juga bukan tanpa riset, gue udah survey ke lima rumah tetangga dan hasilnya cuma gue satu-satunya mamalia yang nggak pernah respect sama sayur itu. Iyalah, menurut mereka yang menyukai sih katanya rasanya tuh enak plus seger gitu, apalagi kalo dinikmati pas siang hari.
Kata si Ojan sih kuahnya klop banget kalo ditambah ikan teri goreng.
                Ngomongin soal santap siang, baru tadi pagi gue dititah Nyokap buat ngulek bumbu sayur asem sama sambal. Gue sih fine-fine aja, tapi ternyata sampai detik ini jemari kanan gue belum bisa berhenti gemetaran. Asal kalian tahu aja nih, Nyokap gue itu bangga banget sama sayur asem racikannya. Beliau bahkan mengklaim kalo sayur buatannya merupakan yang paling maknyus di kalangan RT 005. Buktinya adalah tiap kali ada acara yang mengharuskan Nyokap membawa makanan dari rumah—apalagi pas kebagian bawa sayur—sayur asem bikinannya lah yang paling ditunggu kehadirannya. Bahkan saking lezatnya, di saat sayur itu hanya tersisa kuahnya saja teman Nyokap gue ada yang sengaja menyempatkan diri datang ke rumah untuk memintanya. Kurang mantap apa coba?
                Kalo dipikir-pikir aneh juga, padahal bumbu racikan Nyokap begitu sederhana—setidaknya nggak serumit resep yang pernah gue baca di internet. Bumbu dasarnya cuma cabai merah, bawang merah, kacang tanah, terasi dan lengkuas; ditambah garam sama asam jawa juga pastinya. Semua bumbu diulek—kecuali lengkuas yang cuma harus “dipukuli” supaya memar—terus langsung dicampur ke air dan dimasak bersama sayur-sayuran. Jadi apa yang membuat sayur asem ala Nyokap gue begitu diistimewakan?
                 Buat yang penasaran sama rasanya, kirim aja surat request beserta tiga lembar seratus ribuan ke alamat rumah gue... Itu cuma untuk semangkuk ya!


[+/-]

S.A.Y.U.R.A.S.E.M