Heyhoo everybodeeh... Setelah satu bulan lebih blog gue terbengkalai; dipenuhi debu dan sarang laba-laba, gue kembali lagi dengan postingan yang pastinya lumayan nggak penting juga buat dibahas. Oke, sepertinya hari ini gue harus mengadakan pembersihan secara besar-besaran.
Kali ini gue mau membicarakan tentang suatu kuliner yang kayaknya lumayan akrab di telinga dan juga lidah orang Indonesia... Sayur asem. Apa yang pertama kali lo pikirkan setelah mendengar namanya? Kalo gue sih... Ketiak.
Sounds familiar? |
Sayur yang biasanya stay terus di warung lesehan ini katanya sih punya daya
magis tersendiri untuk memancing nafsu makan. Iya nggak sih? Gue beneran nggak
tau nih, soalnya dari gue brojol sampai sekarang gue nggak pernah rela lidah
gue merasakan sensasi asam-gurih-pedas-manis-aneh dari kuah keruhnya. Oke, pasti lo
bakal bingung, kalo gue nggak pernah makan sayur asem… Kenapa gue bisa tahu
rasanya?
Kisah
tragis ini dimulai pada saat gue masih duduk di bangku SD. Konon saat gue
tengah membawa sepiring nasi untuk makan siang, tiba-tiba nggak sengaja
menyenggol mangkuk berisi sayur laknat itu. Sialnya, sedikit kuahnya mampir ke
piring gue. Dengan gaya sok dicuek-cuekin, gue lanjut aja ngambil lauk dan
makan. Dan ternyata, lidah gue trauma akut sampai sekarang.
Gue
rasa sih makhluk yang nggak doyan sayur asem itu cuma ada segelintir di negara tercinta
kita ini. Omongan gue juga bukan tanpa riset, gue udah survey ke lima rumah
tetangga dan hasilnya cuma gue satu-satunya mamalia yang nggak pernah respect
sama sayur itu. Iyalah, menurut mereka yang menyukai sih katanya rasanya tuh
enak plus seger gitu, apalagi kalo dinikmati pas siang hari.
Kata si Ojan sih kuahnya klop banget kalo ditambah ikan teri goreng. |
Kalo
dipikir-pikir aneh juga, padahal bumbu racikan Nyokap begitu sederhana—setidaknya
nggak serumit resep yang pernah gue baca di internet. Bumbu dasarnya cuma cabai
merah, bawang merah, kacang tanah, terasi dan lengkuas; ditambah garam sama
asam jawa juga pastinya. Semua bumbu diulek—kecuali lengkuas yang cuma harus “dipukuli”
supaya memar—terus langsung dicampur ke air dan dimasak bersama sayur-sayuran.
Jadi apa yang membuat sayur asem ala Nyokap gue begitu diistimewakan?
Buat yang penasaran sama rasanya, kirim aja surat request beserta tiga lembar seratus ribuan ke alamat rumah gue... Itu cuma untuk semangkuk ya!
0 komentar:
Posting Komentar