Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 17 Agustus 2015

[SERIES] REASON! ― HONG BIN VERSION



Reason! ― Hong Bin Version
© 2015 by Nisa Jung
(VIXX – Hong Bin & OC)
.
.
.
Hanya ada satu alasan kenapa Hong Bin selalu memarkir mobilnya di depan SMA Nara.
Bukan lantaran ingin bernostalgia. Dua kali menghadiri acara reuni sudah cukup bagi Hong Bin untuk melepas kerinduan pada teman-temannya semasa sekolah. Lagipula, manusia itu seharusnya hidup untuk masa depan, bukan bertahan di masa lalu!
Sejenak, Hong Bin berdecih. Muak dengan pikiran munafik yang sekelebat menjalar di otaknya. Apanya yang masa depan? Bukankah Hong Bin bertandang di sini setiap hari hanya untuk meratapi masa lalu?
Lebih tepatnya, ingin mengubah masa lalu?
Tanpa sadar, Hong Bin membuka laci dasbor dan mengambil dompet sewarna langit di sana. Helaan napas pemuda itu mengalun, tatkala menatap sehelai foto yang terpampang di dalamnya. Senyum lebar si pemilik... Begitu mengiris hati seorang Lee Hong Bin.
Akhirnya, aku bisa berfoto dengan Sang Hyuk!
Caption yang tertulis di lembar belakang berhasil menggetarkan tangan Hong Bin untuk kesekian kali. Semasa hidup, Oh Min Ji memang acapkali bercerita tentang Han Sang Hyuk padanya. Betapa Sang Hyuk nampak keren saat mengatur barisan pada pelajaran olahraga, mengumpulkan pekerjaan rumah dan mengisi daftar absensi―sebagaimana tugas seorang ketua kelas. Betapa Sang Hyuk tetap terlihat tampan, meski sedang menyisihkan kedelai hitam dan puding susu ketika makan siang, juga terantuk ranting pohon lantaran melompat terlalu tinggi.
Ah, dengan pengamatan seapik itu, siapapun dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa... Min Ji menyukai Sang Hyuk.
Atau, menggilai Sang Hyuk?
Berlembar-lembar potret anak lelaki itu tertempel di samping meja belajar Oh Min Ji. Tentu saja, semuanya diambil dalam diam. Senyum, tawa lepas dan semua tindak-tanduk Sang Hyuk, semuanya terbekukan tanpa terkecuali. Sungguh, Hong Bin tidak pernah menyangka kalau teknik fotografi yang diajarkannya akan digunakan untuk hal seperti ini.
Tapi, paling tidak, Min Ji bisa berbahagia di sisa hidupnya 'kan?
Pandangan Hong Bin kembali terarah pada rekahan dompet milik Min Ji. Foto ini... Foto ini adalah kali terakhir Min Ji mengabadikan sosok Sang Hyuk dalam bidikan kamera. Min Ji memang pernah bersumpah untuk berhenti memotret Sang Hyuk, usai dapat berfoto bersama pangerannya itu. Tapi, kalaupun bisa... Hong Bin tak ingin niat Min Ji terwujud.
Biar saja Hong Bin merasa jengah setiap mengunjungi kamar Min Ji yang dipenuhi wajah Sang Hyuk. Biar saja hati Hong Bin tersayat tatkala Min Ji bercerita betapa indahnya siluet seorang Han Sang Hyuk lewat sudut pandangnya. Biar saja... Biar saja Hong Bin menyesali gelar "sepupu" yang selama ini mencegahnya untuk menyatakan perasaan pada Oh Min Ji.
Yang penting, Min Ji bisa tetap hidup dan selamanya berada di sisi Hong Bin.
Andai saja tempo hari Hong Bin tidak terlambat menjemput Min Ji, mungkin sekarang anak perempuan itu telah duduk di jok sebelahnya. Berceloteh riang sambil menyesap bubble tea, juga memamerkan kertas ulangannya yang lagi-lagi tak berhasil menyabet nilai A. Kecelakaan itu... Hong Bin benar-benar menyesal.
Seharusnya Min Ji tak perlu berinisiatif untuk menghampiri halte bus yang berada di seberang jalan.
"Hei! Sudah kubilang, berhenti mengikutiku!"
Umpatan nyaring itu sukses membuat Hong Bin berjengit. Pintu mobilnya yang sedari dibiarkan terbuka, kini tertutup rapat. Serempak dengan kaki Hong Bin yang melangkah pelan-pelan menuju gerbang SMA Nara.
"Berapa kali harus kukatakan, hah?" Pekikan yang sama kembali mengudara, sangat lantang dan lugas. "Aku tidak menyukaimu, Oh Min Ji!"
Begitu menemukan si pemilik suara, Hong Bin kontan terperangah. Ternyata... Ternyata bukan Hong Bin saja yang "kacau" setelah kepergian Min Ji.
Akal sehat Han Sang Hyuk juga menghilang karenanya, uh?
.
.
.
fin.

0 komentar:

Posting Komentar

[SERIES] REASON! ― HONG BIN VERSION

| |



Reason! ― Hong Bin Version
© 2015 by Nisa Jung
(VIXX – Hong Bin & OC)
.
.
.
Hanya ada satu alasan kenapa Hong Bin selalu memarkir mobilnya di depan SMA Nara.
Bukan lantaran ingin bernostalgia. Dua kali menghadiri acara reuni sudah cukup bagi Hong Bin untuk melepas kerinduan pada teman-temannya semasa sekolah. Lagipula, manusia itu seharusnya hidup untuk masa depan, bukan bertahan di masa lalu!
Sejenak, Hong Bin berdecih. Muak dengan pikiran munafik yang sekelebat menjalar di otaknya. Apanya yang masa depan? Bukankah Hong Bin bertandang di sini setiap hari hanya untuk meratapi masa lalu?
Lebih tepatnya, ingin mengubah masa lalu?
Tanpa sadar, Hong Bin membuka laci dasbor dan mengambil dompet sewarna langit di sana. Helaan napas pemuda itu mengalun, tatkala menatap sehelai foto yang terpampang di dalamnya. Senyum lebar si pemilik... Begitu mengiris hati seorang Lee Hong Bin.
Akhirnya, aku bisa berfoto dengan Sang Hyuk!
Caption yang tertulis di lembar belakang berhasil menggetarkan tangan Hong Bin untuk kesekian kali. Semasa hidup, Oh Min Ji memang acapkali bercerita tentang Han Sang Hyuk padanya. Betapa Sang Hyuk nampak keren saat mengatur barisan pada pelajaran olahraga, mengumpulkan pekerjaan rumah dan mengisi daftar absensi―sebagaimana tugas seorang ketua kelas. Betapa Sang Hyuk tetap terlihat tampan, meski sedang menyisihkan kedelai hitam dan puding susu ketika makan siang, juga terantuk ranting pohon lantaran melompat terlalu tinggi.
Ah, dengan pengamatan seapik itu, siapapun dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa... Min Ji menyukai Sang Hyuk.
Atau, menggilai Sang Hyuk?
Berlembar-lembar potret anak lelaki itu tertempel di samping meja belajar Oh Min Ji. Tentu saja, semuanya diambil dalam diam. Senyum, tawa lepas dan semua tindak-tanduk Sang Hyuk, semuanya terbekukan tanpa terkecuali. Sungguh, Hong Bin tidak pernah menyangka kalau teknik fotografi yang diajarkannya akan digunakan untuk hal seperti ini.
Tapi, paling tidak, Min Ji bisa berbahagia di sisa hidupnya 'kan?
Pandangan Hong Bin kembali terarah pada rekahan dompet milik Min Ji. Foto ini... Foto ini adalah kali terakhir Min Ji mengabadikan sosok Sang Hyuk dalam bidikan kamera. Min Ji memang pernah bersumpah untuk berhenti memotret Sang Hyuk, usai dapat berfoto bersama pangerannya itu. Tapi, kalaupun bisa... Hong Bin tak ingin niat Min Ji terwujud.
Biar saja Hong Bin merasa jengah setiap mengunjungi kamar Min Ji yang dipenuhi wajah Sang Hyuk. Biar saja hati Hong Bin tersayat tatkala Min Ji bercerita betapa indahnya siluet seorang Han Sang Hyuk lewat sudut pandangnya. Biar saja... Biar saja Hong Bin menyesali gelar "sepupu" yang selama ini mencegahnya untuk menyatakan perasaan pada Oh Min Ji.
Yang penting, Min Ji bisa tetap hidup dan selamanya berada di sisi Hong Bin.
Andai saja tempo hari Hong Bin tidak terlambat menjemput Min Ji, mungkin sekarang anak perempuan itu telah duduk di jok sebelahnya. Berceloteh riang sambil menyesap bubble tea, juga memamerkan kertas ulangannya yang lagi-lagi tak berhasil menyabet nilai A. Kecelakaan itu... Hong Bin benar-benar menyesal.
Seharusnya Min Ji tak perlu berinisiatif untuk menghampiri halte bus yang berada di seberang jalan.
"Hei! Sudah kubilang, berhenti mengikutiku!"
Umpatan nyaring itu sukses membuat Hong Bin berjengit. Pintu mobilnya yang sedari dibiarkan terbuka, kini tertutup rapat. Serempak dengan kaki Hong Bin yang melangkah pelan-pelan menuju gerbang SMA Nara.
"Berapa kali harus kukatakan, hah?" Pekikan yang sama kembali mengudara, sangat lantang dan lugas. "Aku tidak menyukaimu, Oh Min Ji!"
Begitu menemukan si pemilik suara, Hong Bin kontan terperangah. Ternyata... Ternyata bukan Hong Bin saja yang "kacau" setelah kepergian Min Ji.
Akal sehat Han Sang Hyuk juga menghilang karenanya, uh?
.
.
.
fin.

0 komentar:

Posting Komentar