Reason! ― Ken Version
©2015 by Nisa Jung
(VIXX – Ken & OC)
.
.
.
Hanya ada satu
alasan kenapa Jae Hwan membalut kesepuluh jari tangannya dengan perban.
Bukan karena
tersiram espresso panas seperti yang
Jae Hwan lontarkan untuk menjawab keheranan para tamu undangan. Hei, sejak
kapan Lee Jae Hwan yang notabene penggila cola
beralih menjadi penikmat kafein? Lagipula, kalaupun iya, Jae Hwan akan memilih
secangkir caramel macchiato sebagai
pembuka harinya. Bukan malah serangan getir dari kepekatan espresso tanpa gula.
Meskipun pada
kenyataannya, rasa manis yang dicecap lidah Jae Hwan takkan mampu menghapus
pahitnya takdir.
Pada altar yang
berada segaris dengan pandangan Jae Hwan kini berdiri sepasang muda-mudi, yang
baru saja mengikat cinta mereka dengan sebuah janji suci. Jung So Hyun, sang
mempelai wanita, nampak sangat anggun dengan gaun putih berhiaskan lilitan
pita. Tudung renda yang sedari tadi menghalau wajah So Hyun juga telah
terangkat, memamerkan riasan memukau yang menyempurnakan kecantikannya.
Sayangnya,
bukan Jae Hwan yang menyibak tudung itu.
Bukan Jae Hwan
pula yang mendekatkan wajah, lalu memberi kecupan pada dahi dan bibir mungil So
Hyun. Bukan Jae Hwan juga yang membimbing tangan So Hyun untuk memotong tingkat
terbawah dari kue berselimut krim vanilla.
Semua itu... Cha Hak Yeon yang melakukannya.
"Hei,
seharusnya kalian melempar bunga dulu 'kan?"
See? Kalau Jae Hwan yang menjadi
mempelai pria, ia takkan melupakan rangkaian acara yang telah disusun
sedemikian rupa. Terlebih, Jae Hwan pasti akan mengajari So Hyun teknik
melempar yang benar, supaya tidak melayang ke tempat yang tak seharusnya.
Semisal,
sebelah kiri panggung.
Buket mawar itu
jatuh tepat di hadapan Jae Hwan, bukan pada kerumunan gadis yang mengerahkan
seluruh kekuatannya untuk memperoleh serangkai kelopak merah itu. Menyisakan
jarak setengah jengkal dari moncong sepatunya, Jae Hwan pun lantas
mengambilnya. Secepat kilat, buket indah itu segera berpindah tangan;
diperuntukkan ke gadis pemetik harpa yang berdiri tidak jauh dari Jae Hwan.
"Jae Hwan-ah[1]!"
Si pemilik nama
sontak berjengit. Dari kejauhan, Jung So Hyun melambaikan tangan, kemudian
kembali berseru, "Bagaimana kalau kita mengganti permainan pianomu dengan
berdansa bersama? Dengan tangan seperti itu... Pasti sulit 'kan?"
Di balik
lekukan dahinya, Jae Hwan merasakan wajahnya memanas. Oh, apakah So Hyun
bermaksud memberikan Jae Hwan kesempatan terakhir untuk melanjutkan angan
semunya... Menjadi pasangan So Hyun dalam satu putaran lagu?
"Umm,
maksudku dengan para tamu yang hadir?" lanjut So Hyun sambil menjentikkan
jari. Musik riang pun mengalun tanpa sendat. "Let's dance!"
Jae Hwan
meringis. Ck, semestinya tidak hanya tangan, kedua kaki Jae Hwan pun harus
dililit perban!
Karena
selamanya, Lee Jae Hwan hanyalah sosok hoobae[2]
di mata Jung So Hyun!
.
.
.
fin.
0 komentar:
Posting Komentar