Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 17 Agustus 2015

[SERIES] REASON! ― KEN VERSION



Reason! ― Ken Version
©2015 by Nisa Jung
(VIXX – Ken & OC)
.
.
.
Hanya ada satu alasan kenapa Jae Hwan membalut kesepuluh jari tangannya dengan perban.
Bukan karena tersiram espresso panas seperti yang Jae Hwan lontarkan untuk menjawab keheranan para tamu undangan. Hei, sejak kapan Lee Jae Hwan yang notabene penggila cola beralih menjadi penikmat kafein? Lagipula, kalaupun iya, Jae Hwan akan memilih secangkir caramel macchiato sebagai pembuka harinya. Bukan malah serangan getir dari kepekatan espresso tanpa gula.
Meskipun pada kenyataannya, rasa manis yang dicecap lidah Jae Hwan takkan mampu menghapus pahitnya takdir.
Pada altar yang berada segaris dengan pandangan Jae Hwan kini berdiri sepasang muda-mudi, yang baru saja mengikat cinta mereka dengan sebuah janji suci. Jung So Hyun, sang mempelai wanita, nampak sangat anggun dengan gaun putih berhiaskan lilitan pita. Tudung renda yang sedari tadi menghalau wajah So Hyun juga telah terangkat, memamerkan riasan memukau yang menyempurnakan kecantikannya.
Sayangnya, bukan Jae Hwan yang menyibak tudung itu.
Bukan Jae Hwan pula yang mendekatkan wajah, lalu memberi kecupan pada dahi dan bibir mungil So Hyun. Bukan Jae Hwan juga yang membimbing tangan So Hyun untuk memotong tingkat terbawah dari kue berselimut krim vanilla.
 Semua itu... Cha Hak Yeon yang melakukannya.
"Hei, seharusnya kalian melempar bunga dulu 'kan?"
See? Kalau Jae Hwan yang menjadi mempelai pria, ia takkan melupakan rangkaian acara yang telah disusun sedemikian rupa. Terlebih, Jae Hwan pasti akan mengajari So Hyun teknik melempar yang benar, supaya tidak melayang ke tempat yang tak seharusnya.
Semisal, sebelah kiri panggung.
Buket mawar itu jatuh tepat di hadapan Jae Hwan, bukan pada kerumunan gadis yang mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memperoleh serangkai kelopak merah itu. Menyisakan jarak setengah jengkal dari moncong sepatunya, Jae Hwan pun lantas mengambilnya. Secepat kilat, buket indah itu segera berpindah tangan; diperuntukkan ke gadis pemetik harpa yang berdiri tidak jauh dari Jae Hwan.
"Jae Hwan-ah[1]!"
Si pemilik nama sontak berjengit. Dari kejauhan, Jung So Hyun melambaikan tangan, kemudian kembali berseru, "Bagaimana kalau kita mengganti permainan pianomu dengan berdansa bersama? Dengan tangan seperti itu... Pasti sulit 'kan?"
Di balik lekukan dahinya, Jae Hwan merasakan wajahnya memanas. Oh, apakah So Hyun bermaksud memberikan Jae Hwan kesempatan terakhir untuk melanjutkan angan semunya... Menjadi pasangan So Hyun dalam satu putaran lagu?
"Umm, maksudku dengan para tamu yang hadir?" lanjut So Hyun sambil menjentikkan jari. Musik riang pun mengalun tanpa sendat. "Let's dance!"
Jae Hwan meringis. Ck, semestinya tidak hanya tangan, kedua kaki Jae Hwan pun harus dililit perban!
Karena selamanya, Lee Jae Hwan hanyalah sosok hoobae[2] di mata Jung So Hyun!
.
.
.
fin.


[1] Suffix non formal untuk nama berakhiran konsonan
[2] Junior atau adik kelas

0 komentar:

Posting Komentar

[SERIES] REASON! ― KEN VERSION

| |



Reason! ― Ken Version
©2015 by Nisa Jung
(VIXX – Ken & OC)
.
.
.
Hanya ada satu alasan kenapa Jae Hwan membalut kesepuluh jari tangannya dengan perban.
Bukan karena tersiram espresso panas seperti yang Jae Hwan lontarkan untuk menjawab keheranan para tamu undangan. Hei, sejak kapan Lee Jae Hwan yang notabene penggila cola beralih menjadi penikmat kafein? Lagipula, kalaupun iya, Jae Hwan akan memilih secangkir caramel macchiato sebagai pembuka harinya. Bukan malah serangan getir dari kepekatan espresso tanpa gula.
Meskipun pada kenyataannya, rasa manis yang dicecap lidah Jae Hwan takkan mampu menghapus pahitnya takdir.
Pada altar yang berada segaris dengan pandangan Jae Hwan kini berdiri sepasang muda-mudi, yang baru saja mengikat cinta mereka dengan sebuah janji suci. Jung So Hyun, sang mempelai wanita, nampak sangat anggun dengan gaun putih berhiaskan lilitan pita. Tudung renda yang sedari tadi menghalau wajah So Hyun juga telah terangkat, memamerkan riasan memukau yang menyempurnakan kecantikannya.
Sayangnya, bukan Jae Hwan yang menyibak tudung itu.
Bukan Jae Hwan pula yang mendekatkan wajah, lalu memberi kecupan pada dahi dan bibir mungil So Hyun. Bukan Jae Hwan juga yang membimbing tangan So Hyun untuk memotong tingkat terbawah dari kue berselimut krim vanilla.
 Semua itu... Cha Hak Yeon yang melakukannya.
"Hei, seharusnya kalian melempar bunga dulu 'kan?"
See? Kalau Jae Hwan yang menjadi mempelai pria, ia takkan melupakan rangkaian acara yang telah disusun sedemikian rupa. Terlebih, Jae Hwan pasti akan mengajari So Hyun teknik melempar yang benar, supaya tidak melayang ke tempat yang tak seharusnya.
Semisal, sebelah kiri panggung.
Buket mawar itu jatuh tepat di hadapan Jae Hwan, bukan pada kerumunan gadis yang mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memperoleh serangkai kelopak merah itu. Menyisakan jarak setengah jengkal dari moncong sepatunya, Jae Hwan pun lantas mengambilnya. Secepat kilat, buket indah itu segera berpindah tangan; diperuntukkan ke gadis pemetik harpa yang berdiri tidak jauh dari Jae Hwan.
"Jae Hwan-ah[1]!"
Si pemilik nama sontak berjengit. Dari kejauhan, Jung So Hyun melambaikan tangan, kemudian kembali berseru, "Bagaimana kalau kita mengganti permainan pianomu dengan berdansa bersama? Dengan tangan seperti itu... Pasti sulit 'kan?"
Di balik lekukan dahinya, Jae Hwan merasakan wajahnya memanas. Oh, apakah So Hyun bermaksud memberikan Jae Hwan kesempatan terakhir untuk melanjutkan angan semunya... Menjadi pasangan So Hyun dalam satu putaran lagu?
"Umm, maksudku dengan para tamu yang hadir?" lanjut So Hyun sambil menjentikkan jari. Musik riang pun mengalun tanpa sendat. "Let's dance!"
Jae Hwan meringis. Ck, semestinya tidak hanya tangan, kedua kaki Jae Hwan pun harus dililit perban!
Karena selamanya, Lee Jae Hwan hanyalah sosok hoobae[2] di mata Jung So Hyun!
.
.
.
fin.


[1] Suffix non formal untuk nama berakhiran konsonan
[2] Junior atau adik kelas

0 komentar:

Posting Komentar