Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 17 Agustus 2015

[SERIES] REASON! ― N VERSION



Reason! ― N Version
© 2015 by Nisa Jung
(VIXX – N & OC)
.
.
.
Ada banyak alasan kenapa Cha Hak Yeon tak patut kau jadikan suami.
Yang pertama, karena dia cerewet. Sangat cerewet sehingga membuatku ingin menyumpal mulutnya dengan kaus kaki.
"So Hyun-ah[1]! Cepat habiskan sarapanmu! Sebentar lagi penata riasmu akan datang, uh?"
Kedua, dia gampang panik. Gampang sekali panik, sampai aku terpikir untuk mengikat kakinya dengan tambang―agar Hak Yeon tak lagi mondar-mandir di depan pintu, sembari melirik arlojinya dengan cemas.
"Apa-apaan ini? Sudah jam tujuh, tapi penata rias sialan itu belum juga datang! Akh, bagaimana ini? Aku benar-benar tak ingin acara kita ditunda! Hei, tak adakah penata rias lain yang bisa kita hubungi?"
Ketiga, dia paranoid. Sejuta kemungkinan buruk acapkali beramai-ramai menyerbu otaknya. Padahal, aku sendiri tidak yakin kalau Hak Yeon bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.
"So Hyun-ah! Hati-hati dengan sepatu tumit tinggimu itu! Cih, padahal sudah kubilang agar menggantinya dengan selop biasa! Gaun panjang seperti itu saja membuatmu sulit berjalan 'kan? Bisa-bisa, bagian bawahnya terinjak dan kau terjatuh! Omo[2], aku tidak tega membayangkannya!"
Dan, yang terakhir...
"Jung So Hyun, bersediakah kau menerima Cha Hak Yeon sebagai suami? Mencintai dan menghormatinya di saat sehat maupun sakit, di saat kaya maupun miskin..."
Karena mulai hari ini, Cha Hak Yeon adalah suamiku.
"Aku bersedia."
.
.
.
fin.
a/n: Untuk sekuel, silakan klik di sini.


[1] Suffix non formal untuk nama berakhiran konsonan
[2] Ya Tuhan

0 komentar:

Posting Komentar

[SERIES] REASON! ― N VERSION

| |



Reason! ― N Version
© 2015 by Nisa Jung
(VIXX – N & OC)
.
.
.
Ada banyak alasan kenapa Cha Hak Yeon tak patut kau jadikan suami.
Yang pertama, karena dia cerewet. Sangat cerewet sehingga membuatku ingin menyumpal mulutnya dengan kaus kaki.
"So Hyun-ah[1]! Cepat habiskan sarapanmu! Sebentar lagi penata riasmu akan datang, uh?"
Kedua, dia gampang panik. Gampang sekali panik, sampai aku terpikir untuk mengikat kakinya dengan tambang―agar Hak Yeon tak lagi mondar-mandir di depan pintu, sembari melirik arlojinya dengan cemas.
"Apa-apaan ini? Sudah jam tujuh, tapi penata rias sialan itu belum juga datang! Akh, bagaimana ini? Aku benar-benar tak ingin acara kita ditunda! Hei, tak adakah penata rias lain yang bisa kita hubungi?"
Ketiga, dia paranoid. Sejuta kemungkinan buruk acapkali beramai-ramai menyerbu otaknya. Padahal, aku sendiri tidak yakin kalau Hak Yeon bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.
"So Hyun-ah! Hati-hati dengan sepatu tumit tinggimu itu! Cih, padahal sudah kubilang agar menggantinya dengan selop biasa! Gaun panjang seperti itu saja membuatmu sulit berjalan 'kan? Bisa-bisa, bagian bawahnya terinjak dan kau terjatuh! Omo[2], aku tidak tega membayangkannya!"
Dan, yang terakhir...
"Jung So Hyun, bersediakah kau menerima Cha Hak Yeon sebagai suami? Mencintai dan menghormatinya di saat sehat maupun sakit, di saat kaya maupun miskin..."
Karena mulai hari ini, Cha Hak Yeon adalah suamiku.
"Aku bersedia."
.
.
.
fin.
a/n: Untuk sekuel, silakan klik di sini.


[1] Suffix non formal untuk nama berakhiran konsonan
[2] Ya Tuhan

0 komentar:

Posting Komentar